Profil

RUSAIDA atau rumah sahabat ibu dan anak di dirikan sebagai pusat komunitas untuk ibu dan anak . Untuk tujuan membangun perempuan dan anak indonesia yang beriman,berbudi pengerti mulia, sehat, cerdas, tangguh, disiplin, makmur dan bahagia. Kita mendirikan rumah sahabat ibu dan anak dalam rangka mencapai misi 3nd. Yang pertama adalah  kita bersama-sama bekerja untuk meng akhiri kekerasan perempuan dan anak. Yang ke dua kita bekerja untuk meng akhiri segala bentuk tindak pidana perdagangan orang. Yang ke tiga kita berkerja bersama-sama untuk meng akhiri kesenjangan ekonomi berbagai perempuan.

Untuk menjalankan visi misi rumah sahabat ibu dan anak tersebut maka di dalam rusaida ada dua: yang pertama ada women crisis centre yang di antaranya di implemensikan dalam bentuk rumah ramah anak, rumah konsening keluarga, rumah yatim dan rumah tahfids quean serta rumah rukumah indonesia. Yang kedua women creatif yang implemenstasi nya dalam bentuk rumah belajar menjahit, rumah belajar batik, rumah belajar roti, rumah belajar hidroponik dan rumah-rumah lain nya. Yang artinya adalah kita bekerja untuk bisa membangun industri rumahan bagi perempuan. 
Semoga dengan hadirnya RUSAIDA maka kita bisa membantu perempuan dan anak di seluruh indonesia untuk membentuk perempuan dan anak yang lebih baik.

 

SEJARAH PENDIRIAN WOMEN CRISIS CENTRE (WCC)) SUKABUMI


Sejarah berdirinya Women Crisis Centre (WCC) Sukabumi sangat erat kaitannya dengan kembalinya ibu Yuyu Marliah, putera daerah Kab. Sukabumi, warga Kampung Cilangla Rt. 010 Rw. 004 Desa Cireunghas, Kecamatan Cireunghas, yang kembali ke tanah air pada tanggal 9 Januari 2013 sebagai pendatang baru yang membutuhkan saluran aktivitas yang positif. Dikombinasikan dengan mimpi dari Direktur LENSA (Lembaga Penelitian Sosial Agama) Sukabumi, Bapak Daden Sukendar mengenai perlunya didirikannya sebuah Women Crisis Centre di Sukabumi. Diawali sebuah pertemuan kecil yang dihadiri ibu Yuyu Marliah, ibu Yayah Masripah, Bapak Daden Sukendar, dan Bapak H. Ade Mulyadi pada bulan April 2013, pembicaraan mengenai perlunya sebuah WCC di Sukabumi telah mengantarkan pada sebuah Deklarasi Pendirian WCC Sukabumi pada tanggal 6 Juni 2013, yang diikrarkan dalam sebuah Acara Penutupan Gapura Lensa bertempat di Cibolang Sukabumi dengan ibu Yuyu Marliah sebagai Ketua Umum. 

Untuk menata dan menjalankan sebuah WCC yang baru lahir dibutuhkan seorang ujung tombak yang sanggup beraktivitas secara sungguh-sungguh, seseorang yang mau dan sanggup memberikan totalitas pengabdian dan rela berkorban. Dipilih Ibu Yuyu Marliah sebagai Ketua WCC, dianggap tepat karena pernah memiliki pengalaman langsung dalam masalah kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) yang diharapkan menjadikannya lebih empati dan simpati dalam menangani kasus-kasus KDRT. Selain itu pengalamannya dalam memperjuangkan kewarganegaraan ganda putera-puterinya, dan juga kepedihannya sebagai seorang ibu yang kehilangan puterinya yang masih kecil yang baru berumur 8 tahun yang diculik pada bulan Juni 2013, telah menjadi poin penting yang diharapkan dari pimpinan lembaga yang feminis yang harus selalu berusaha tegar dan kuat, tidak mudah putus asa, dan selalu yakin optimis dalam berjuang membangun hidup yang baru. Diharapkan dengan pengalaman itu menjadi faktor kekuatan yang akan mendorong perjuangan WCC untuk Anak-anak yang harus mendapat perlindungan dan kebahagiaan. Dengan pengalaman itu Ibu Yuyu juga memiliki pemahaman yang baik atas prosedur pemikahan campuran dan kewarganegaraan ganda anakanak hasil perkawinan campuran. 

Ibu Yuyu Marliah memiliki pengalaman yang cukup baik dalam hal perlindungan TKI khususnya yang bekerja di Kerajaan Saudi, karena selama kurun tahun 2001 - 2012, tinggal bermukim di Kota Madinah mengikuti suaminya, dan selama itu banyak membantu para TKI dari berbagai kota di Saudi dan menjadi pengelola sebuah PJTKA milik suaminya. Pilihan hidup menikah dengan WN Saudi itu sendiri ada terjadi karena aktivitas ibu Yuyu sejak tahun 1998 dalam bidang penyelesaian masalah TKI, terkait langsung hilangnya saudara sepupunya warga Kampung Tanjung Pura Desa Cireunghas, yang dikabarkan hilang ketika bekerja di Kerajaan Saudi. Dalam rangka membantu Bapak Abdullah Umar (alm) sebagai ketua Apjati (Asosiasi PJTKI) saat itu, kemudian mempertemukan ibu Yuyu dengan salah seorang pengusaha PJTKA dari Kota Madinah yang kemudian menikahinya pada tahun 2000, dan bercerai pada tahun 2013. Karena itulah WCC Sukabumi memiliki perhatian besar dalam hal Kesetaraan Gender (Gender Equality), berdasarkan pengalaman ketidaksetaraan gender yang dialami ibu Yuyu selama berada dalam kultur budaya di Saudi. Perlindungan TKI serta masalah-masalah Perbudakan modern Human Trafficking menjadi sumber inspirasi untuk memperkuat kapasitas perempuan di desa. Upaya Pemberdayaan perempuan menjadi program utama di WCC Sukabumi. Tujuannya untuk mengurangi resiko kerentanan dan menjadikan para Perempuan lebih Tangguh dengan cara memperkuat kapasitasnya seperti dalam hal iman dan ahlak, pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi, dsb. Semoga Insha Allah pada akhirnya dapat mengantarkan pencapaian kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.